Kumpulan Puisi
CINTA MENGGUGAT
KETIKA CINTA MENGGUGAT #1
Tuan dan Puan
yang terhormat. Perhatian tentang cinta yang kami bangun terus menggemparkan!
Menggetarkan! Perhatian itu bukan sekali-kali berhubungan dengan kegaluan,
bukan! Bukan sekali-kali hanya tentang kata pacaran, itu juga bukan! Kegemparan
itu tentang asmara yang membuncah, penuh, membludak dari hati terdalam
Dengan ini kami
yang sedang dilanda cinta. Memaknainya sebagai sebuah masa yang tepat. Memaknainya
sebagai memang sudah saatnya cinta itu tumbuh dan bersemi. Itulah proses
kehidupan, proses kehidupan yang harus kita jalani sebagau umat manusia. Lalu
salahkan ketika kami saling mencintai dan ingin membangun cinta yang suci itu?
Kegeparan jaman
modern, jaman imperialisme yang sudah mengobok-obok perikehidupan. Mengobrak-abrik
perilaku dan tingkah laku, dengan mengatas namakan roda zaman yang katanya
terus berputar? Salahkan bila kami saling mencintai?
Apakah saya ini
yang Tuan dan Puan hanya pandang sebelah mata Tidak layak untuk jatuh cinta? Apakah
saudara saya yang tukang sayur itu tidak layak jatuh cinta? Apakah saudara saya
yang tukang pungut sampah itu tidak layak jatuh cinta? Apakah saudara yang
tukang becak, buruh tani, tukang parkir itu tidak layak untuk jatuh cinta? Bukankan
Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan untuk saling mencintai?
Salahkan jika
kami yang memang sudah saatnya ini. Salahkan jika kami yang memang sudah
waktunya ini untuk mencintai dan saling mencintai? Salahkan jika kami punya
niatan tulus setulusnya untuk membangun jalinan kasih tanpa batas. Salahkan
jika kami yang sudah saling mengikrarkan janji suci ini mengharap Tuan dan Puan
merestuinya dan menjadikan cinta kami halal, Fillah demi Tuhan...
Salahkan wahai
Tuan dan Puan yang terhormat? Pada siapa saya harus menggugat? Tak perlu
rasanya saya menghujat takdir. Tak harus rasanya saya merana-rana,
meratap-rapat lalu menangis-nangis mengemis.
Tuan dan Puan
yang terhormat. Dalam kisah asamara, tidaklah boleh dipisahkan antara aturan
dan sikap budi pekerti. Sikap dan perilaku yang kami yang saling menjaga, tanpa
melukai satu sama lain. Sikap dan perilaku yang sudah menghilang pudar, hancur
digempur peradaman jaman. Masih kami pegang teguh, tak peduli apa itu omongan
orang, azas-azas dan perilaku teguh kami pegang agar Tuhan tidak murka dengan
kisah asmara kami. Cinta dan kasih sayang telah menjadi nyawanya hidup kami,
menjadi nyawanya fikiran-fikiran atas tindakan-tindakan kami.
Kami percaya dan
kami yakin, cinta kami akan menyatu. Walaupun Tuan dan Puan belum memberikan
restu, sekali lagi restu. Karena juga sudah menjadi sifat manusia, pihak yang
kita senangis itulah yang menjadi paling benar, menjadi sebenarnya yang belum
tentu benar.
Tapi kami
percaya, cinta suci itu berdiri paling tengah, berdiri paling tegap dan paling
kokoh. Ya, berada pada barisan paling tengah, pada golongan yang netral-netral
saja. Cinta tidak memihak para pihak yang menggugat, cinta tidak memihak para
pihak yang tergugat. Cinta itu independen, berdiri sendiri memegang penuh kata
keadilan untuk perikecintaan yang tulus iklas dan suci
Tidak ada komentar:
Posting Komentar