Kumpulan Puisi CINTA MENGGUGAT - CURHAT KECIL

Breaking

IKLAN

Sabtu, 08 November 2014

Kumpulan Puisi CINTA MENGGUGAT



Kumpulan Puisi
CINTA MENGGUGAT


KETIKA CINTA MENGGUGAT #1
Oleh : Endik Koeswoyo



Tuan dan Puan yang terhormat. Perhatian tentang cinta yang kami bangun terus menggemparkan! Menggetarkan! Perhatian itu bukan sekali-kali berhubungan dengan kegaluan, bukan! Bukan sekali-kali hanya tentang kata pacaran, itu juga bukan! Kegemparan itu tentang asmara yang membuncah, penuh, membludak dari hati terdalam
Dengan ini kami yang sedang dilanda cinta. Memaknainya sebagai sebuah masa yang tepat. Memaknainya sebagai memang sudah saatnya cinta itu tumbuh dan bersemi. Itulah proses kehidupan, proses kehidupan yang harus kita jalani sebagau umat manusia. Lalu salahkan ketika kami saling mencintai dan ingin membangun cinta yang suci itu?
Kegeparan jaman modern, jaman imperialisme yang sudah mengobok-obok perikehidupan. Mengobrak-abrik perilaku dan tingkah laku, dengan mengatas namakan roda zaman yang katanya terus berputar? Salahkan bila kami saling mencintai?

Apakah saya ini yang Tuan dan Puan hanya pandang sebelah mata Tidak layak untuk jatuh cinta? Apakah saudara saya yang tukang sayur itu tidak layak jatuh cinta? Apakah saudara saya yang tukang pungut sampah itu tidak layak jatuh cinta? Apakah saudara yang tukang becak, buruh tani, tukang parkir itu tidak layak untuk jatuh cinta? Bukankan Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan untuk saling mencintai?

Salahkan jika kami yang memang sudah saatnya ini. Salahkan jika kami yang memang sudah waktunya ini untuk mencintai dan saling mencintai? Salahkan jika kami punya niatan tulus setulusnya untuk membangun jalinan kasih tanpa batas. Salahkan jika kami yang sudah saling mengikrarkan janji suci ini mengharap Tuan dan Puan merestuinya dan menjadikan cinta kami halal, Fillah demi Tuhan...

Salahkan wahai Tuan dan Puan yang terhormat? Pada siapa saya harus menggugat? Tak perlu rasanya saya menghujat takdir. Tak harus rasanya saya merana-rana, meratap-rapat lalu menangis-nangis mengemis. 

Tuan dan Puan yang terhormat. Dalam kisah asamara, tidaklah boleh dipisahkan antara aturan dan sikap budi pekerti. Sikap dan perilaku yang kami yang saling menjaga, tanpa melukai satu sama lain. Sikap dan perilaku yang sudah menghilang pudar, hancur digempur peradaman jaman. Masih kami pegang teguh, tak peduli apa itu omongan orang, azas-azas dan perilaku teguh kami pegang agar Tuhan tidak murka dengan kisah asmara kami. Cinta dan kasih sayang telah menjadi nyawanya hidup kami, menjadi nyawanya fikiran-fikiran atas tindakan-tindakan kami.

Kami percaya dan kami yakin, cinta kami akan menyatu. Walaupun Tuan dan Puan belum memberikan restu, sekali lagi restu. Karena juga sudah menjadi sifat manusia, pihak yang kita senangis itulah yang menjadi paling benar, menjadi sebenarnya yang belum tentu benar.
Tapi kami percaya, cinta suci itu berdiri paling tengah, berdiri paling tegap dan paling kokoh. Ya, berada pada barisan paling tengah, pada golongan yang netral-netral saja. Cinta tidak memihak para pihak yang menggugat, cinta tidak memihak para pihak yang tergugat. Cinta itu independen, berdiri sendiri memegang penuh kata keadilan untuk perikecintaan yang tulus iklas dan suci



Tidak ada komentar: